Padang,KilasKampus – Air bersih adalah kebutuhan hidup manusia. Sumber air bersih dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalkan air tanah, air hujan, mata air pegunungan, dan air yang diperoleh dari hasil pengolahan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Perusahaan ini adalah salah satu unit usaha yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang bergerak dibidang pengadaan, pengolahan, pendistribusian air bersih ke masyarakat.Tetapi,
keberadaan PDAM selalu menjadi buah bibir banyak orang karena berbagai masalah menerpanya
seperti pencurian air, kebocoran pipa, dan tagihan air yang tidak wajar.
Berdasarkan data dari beberapa perusahaan pengelolaan air, misalkan, PT. TPJ
telah kehilangan air mencapai 40 persen akibat pencurian air. Sedangkan di
Surabaya, pada tahun 2015 telah terjadi peningkatan pencurian air sebesar 30
persen. Berdasarkan data BPPS-PAM, sepanjang 2010 dari ribuan pelanggan PDAM
Tirta Sukapura Tasikmalaya mengeluh membengkaknya pembayaran tagihan pemakaian
air yang mencapai 50 persen. Mereka meminta PDAM membenahi kinerja pencatat
meteran yang sudah kadaluarsa.


Melihat setumpuk permasalahan itu, tiga orang mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Andalas (Unand) Padang, Taufik Ihsan, Yovi Eka Putra, dan Ilga Yulian Putra yang tergabung dalam satu tim yang diberi nama “Tempur 12” menciptakan E-Water (Electronic Water). Alat E-Water ini digunakan untuk menonitoring penggunaan air PDAM dan besarnya tagihan air. Selain itu, E-Water juga dapat membantu petugas untuk mendeteksi kebocoran pipa air.  Menurut Taufik Ihsan, pembuatan E-Water membutuhkan waktu sekitar dua minggu. “Dalam pengerjaannya kami membagi tugas masing-masing. Misalkan, Yovi ditugaskan sebagai software programmer membuat aplikasi mobile, dan desktop. Sedangkan Ilga, mendapat tugas  sebagai hardware programmer membuat sensor waterflow, sistem minimum, dan memprogram alat. Kemudian, saya sendiri sebagai system designer yang membuat desain sistem, poster dan video editing,” jelas Taufik.Alat yang terpenting dalam pembuatan E-Water ini adalah sensor waterflow yang berfungsi untuk mendeteksi kebocoran dan menghitung biaya pemakaian air. Cara kerja untuk mendeteksi kebocoran adalah dengan membandingkan debit air di sensor waterflow central dan waterflow pelanggan. Jika terjadi perbedaan debit air antara kedua sensor waterflow tersebut maka telah terjadi pencurian atau kebocoran pada pipa disepanjang aliran air. Untuk mengetahui dibagian mana terjadi pencurian atau kebocoran dibagi menjadi beberapa sektor dan setiap sektor dipasang sensor waterflow.   Untuk sistem monitoring penggunaan air sensor waterflow ditempatkan pada pelanggan. Perhitungannya menggunakan rumus matematik yang sudah diprogramkan. Cara kerjanya dengan cara mengkonversi jumlah pemakaian air menjadi biaya yang dibebankan kepada pelanggan. Pelanggan dapat mengakses melalui aplikasi yang ada di gadget untuk melihat berapa besar tagihan air. Sedangkan petugas dapat mengakses melalui laptop untuk mendeteksi kebocoran atau pencurian air.  Menurut mereka, pembuatan E-Water membutuhkan biaya sekitar Rp.0,5 juta yang terdiri dari membeli perangkat meteran dan gateway, sedangkan komponen lainnya dibuat sendiri. Alat ini telah meraih kemenangan dalam ajang lomba Internet of Things Innovation Challenge (IoTIC) tahun 2015 di ITB Bandung. Data mengenai penggunaan air dan besar tagihan yang diperoleh dari sensor waterflow nantinya akan dikirim menggunakan modul NRF24L01 ke gateway. Kemudian dengan menggunakan modul ESP8266 data dikirim dari gateway ke server. Setelah data berada di server maka data tersebut dapat diakses most like video dan winner,” jelas ketua unit kegiatan mahasiswa Neo Telemetri. Mereka berharap akan dapat bekerja sama dengan PDAM untuk mewujudkan secara komersial E-Water ini. (bd/Fanny)

CONTACT US

[email protected]

Jln. Perumahan Kayu Manis Residence No.D8. Kelurahan Kayu Manis. Kota Bogor 16169