JAKARTA,KilasKampus – Menulis karya ilmiah dosen yang diterbitkan di jurnal ilmiah nasional masih rendah, apalagi jurnal ilmiah internasional. Hal itu disampaikan oleh Terry Mart, sebagai narasumber lokakarya berjudul “Penguatan Penelitian dan publikasi Ilmiah” di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Selasa (23/2). Dalam penyampaiannya, Terry Mart, dosen Departemen Fisika Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Univesitas Indonesia, selama ini perguruan tinggi (PT) dan pemerintah kurang memberi insentif kepada para peneliti. Hibah penelitian yang diberikan pemerintah hanya sekedar untuk memenuhi kum dosen dalam mengejar kepangkatan fungsional. Hibah tersebut kalau diminta pertanggungjawaban sekedar penggunaan uang. Ia mengungkapkan, hasil penelitian PT di Indonesia banyak yang berakhir diatas tumpukan meja atau lemari, tidak dilanjutkan ke tahap komersialisasi atau diumumkan ke tingkat internasional. Padahal, jika tidak dimasukkan ke dalam jurnal bermutu bertaraf jurnal internasional mustahil hasil penelitian dosen tersebut diketahui oleh banyak peneliti internasional.
Menurut dia, sebaiknya pemerintah meminta jaminan bahwa peneliti yang mendapat hibah dapat dipublikasi ke jurnal internasional, paten, kekayaan inleketual, atau hasil penelitian dapat dikomersialisasikan sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Dengan demikian, peneliti akan tertantang dan terfokus pada penelitian yang berhenti diatas kertas, menghasilkan suatu penelitian yang produktif.
Wajib Meneliti
Nara sumber lain dalam lokakarya tersebut, Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Okky Karna Radjasa menjelaskan, pemerintah melakukan hilirisasi dan komersialisasi riset. Dosen diberi hibah penelitian oleh kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi ataupun PT diwajibkan melakukan penelitian. “Jika dalam jangka waktu tertentu dosen tidak melakukan penelitian dan menerbitkannya, posisi sebagai dosen bisa dilepas”, ujarnya.
Okky menuturkan, penelitian bisa dilakukan dalam bentuk pengabdian masyarakat di dalam mencari jalan keluar persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Peneliti juga bisa memilih untuk memuat hasil penelitiannya ke dalam jurnal internasional, mematenkannya, mengomersialisasikan, atau menjadi dasar untuk bahan kuliah.
Dalam kesempatan itu, rektor UNJ Djaali menjelaskan, pihaknya telah menerapkan pola kebijakan bahwa dosen mengambil porsi sembilan satuan kredit semester (SKS) untuk mengajar dan tiga SKS untuk meneliti, jadi jumlah kewajiban beban dosen 12 SKS.
Publikasi ilmiah
Dalam suatu kesempatan, Okky mengatakan bahwa riset didorong untuk bisa meningkatkan publikasi ilmiah melalui jurnal ilmiah. Dengan riset yang baik, publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi akan meningkat serta berpotensi dimanfaatkan, termasuk untuk kepentingan komersial. Meskipun tiap tahun ada peningkatan publikasi ilmiah di jurnal internasional, Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand. Berbicara tentang publikasi ilmiah, Okky mengatakan, masih ada PT yang belum pernah mengirimkan proposal penelitian dan pengabdian masyarakat karena alasan ketiadaan sumber daya. Oleh sebab itu, Kementeriannya membagi PT atas empat kluster berdasarkan hasil penelitian, yakni mandiri, utama, madya, dan binaan. PT yang ikut penilaian tahun lalu hasilnya adalah 14 PT mandiri, 36 PT utama, 79 PT madya, dan 72 PT binaan. (Kompas,12/11).
Recent Posts
- Kisah Tiga Orang Tukang Bangunan
- Buntut Kekerasan Mapala Unisi, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Mundur
- Be Strong Human Resources, Indonesia Ready Active Role in ASEAN Logistics Connectivity
- GERAKAN ANTIKORUPSI: TANDATANGAN PAKTA INTEGRITAS SEBATAS DIATAS KERTAS
- Seminar Jurnalistik di FEB Universitas Pancasila Jakarta
- UPI Tambah Tiga Guru Besar
- Guruku Yang Pilu, Korban Kekerasan Di SMKN 2 Makasar
- Sekolahku Sayang, Guruku Malang
- ITS Kembali Ikut Kompetisi Kapal Tenaga Surya Di Jepang
Leave a comment